Wahyu 1:4a
Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu,
Ketika kita membaca tulisan ini maka kita tahu Yohaneslah penulis buku ini. Namun kita juga menyadari bahwa salam ini bukan saja darinya tapi dari Allah, ketujuh roh dan dari Yesus Kristus. Yohanes tidak sedang mendeskripsikan perbedaan pemberi salam namun kesatuan dalam karya Tuhan atas jemaat-Nya, yaitu kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil.
Pertama, dari Yohanes. Karena Tuhan memakai hamba-Nya untuk menuliskan kitab Wahyu kepada ketujuh jemaat itu. Allah memakai manusia agar apa yang menjadi pesan-Nya tersampaikan. Tentu menjadi hamba Allah, ay 1, merupakan karunia-Nya sebagaimana Wahyu ini dikaruniakan. Yohanes memulai kata ‘kasih karunia’ karena kata ini yang mengawali sebuah pesan ada dan yang disampaikan juga kepada jemaat. Karunia Tuhan jika pagi ini atau hari ini kita bisa menerima tulisan yang kita baca dari salah satu kitab atau surat dari penulis Alkitab. Kita mungkin lebih menghargai tatkala tulisan itu adalah wesel pos atau check atau foto tanda transfer uang atau notifikasi terima gaji dari pihak bank. Karena karunia materi itu kita tunggu sementara kasih karunia yang sudah diberikan dan masih tetap ada itu tidak kita anggap berharga.
Kemudian, Yohanes menuliskan tentang ‘damai sejahtera’. Entah apa yang membuat kita bangun pagi lalu mengingat sesuatu atau seseorang lalu kita tidak merasakan damai sejahtera. Kita mungkin merasakan damai sejahtera di hati di saat bangun dan mendapati ada sarapan pagi (atau hal yang lainya) tapi jika tidak ada maka damai sejahtera itu hilang. Karena kita lapar. Sepertinya damai sejahtera tidak bekerja sama sehingga saat tidak ada sarapan maka kasih karunia membuat kita menyediakannya. Sepertinya pengertian damai sejahtera ada saat ada ketersediaan dan kasih karunia saat ada yang menyediakan. Lihat kalau ada kelangkaan sembako, pasti tidak ada damai sejahtera dan bawaannya rusuh. Tapi siapa yang mau menyediakan? Apakah ngarepin pemerintah?
Bacaan kita bicara soal ‘menyertai’ dan kalau kita tidak merasakan disertai karunia dan damai sejahtera maka ITU MASALAH KITA. Kita terkungkung hal materi dan situasi padahal penulis mengatakan ‘waktunya sudah dekat’, ay. 3. Apakah kita bisa memastikan kita bisa menjalankan semua rencana untuk hari ini? Apakah kita membuat orang lain ikut rencana kita atau kita yang ikut rencana orang lain? Sejauh mana kita bisa memastikan semua terlaksana? Lalu rencana Tuhan bagaimana? Ini rencana Tuhan: ‘waktunya sudah dekat’. Kalau tidak menjalankan rencana Tuhan lalu bisa kita bilang ‘kasih karunia dan damai sejahtera menyertai’ kita? Kalau Tuhan menyertai kita dengan kasih karunia dan damai sejahtera maka kita pakai rencana dan jalan Tuhan dong. Yohanes ada kasih karunia dan damai sejahtera karena ia memiliki keduanya dan berjalan di jalan-Nya karena waktu-Nya sudah dekat. Lalu kapan kita membawa kasih karunia dan damai sejahtera seperti Yohanes?
#darimana
Leave a Reply