Percayalah pada-Nya dan Firman-Nya itu

Percayalah pada-Nya dan Firman-Nya itu

Percayalah pada-Nya dan Firman-Nya itu 1080 1080 Pastor John Sihombing

Percayalah pada-Nya dan Firman-Nya itu

Markus 9:25‭-‬26

Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: ”Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ”Ia sudah mati.”

Ketika Yesus mengatakan roh jahat itu keluar dan tidak diperkenankan memasuki anak itu lagi maka orang banyak menjadi percaya. Oh ternyata tidak! Mereka pikir anak itu sudah mati. Sungguh besar kuasa Tuhan sehingga setelah di ‘tengking’ anak itupun mati. Mungkin Yesus ‘kurang sakti’ dan kalau di doakan oleh yang lainnya lagi bisa hidup lagi. Kita tahu bahwa cerita ini tidak berakhir demikian.

Saat kita seperti orang banyak pikir anak itu mati maka iman kita sebenarnya yang sudah mati. Iman bisa mati saat seseorang masih hidup dan berada bersama-sama dengan orang yang imannya mati. Maksudnya? Kalau kita mundur ke belakang maka kita mendapati murid, ayah anak itu dan hari ini orang banyak imannya mati. Mati bukan karena tidak ada perbuatan menyertai iman mereka. Tapi mati karena tidak ada satupun yang percaya.

Disini kita melihat bahwa setelah kita percaya dan Tuhan mau barulah kita melihat Dia dapat melakukan sesuatu. Dari iman kepada iman. Kita tidak dapat menjembatani iman hanya sebatas mujizat, kesembuhan dan identitas kekristenan kita yang sudah bertahun-tahun menjadi orang percaya bahkan sebagai hamba Tuhan atau pendeta sekalipun. Kita bisa sangat merasa yakin akan iman kita padahal kita sebenarnya belum sungguh percaya pada-Nya. Entah karena kita ikut-ikutan seperti saat kita melihat gereja dan pengkhotbah dengan jumlah viewer dan subscribernya.

Hidup oleh iman itu sungguh bukan ‘isapan jempol’ belaka dan itu dimulai dari ‘kepada siapa kita percaya’ dan kehendak-Nya. Kemudian apa yang dikatakan oleh-Nya untuk kita percayai sepenuhnya. Perjumpaan dengan Yesus begitu penting namun percaya untuk kehendak-Nya dan Firman-Nya itupun penting. Lagipula tidak mungkin dong kita melewati kegelapan dengan Terang hanya untuk tempat dimana kita berdiri tapi bukan untuk kita berjalan bersama-Nya. Percayalah pada-Nya dan Firman-Nya itu. Walau keduanya tampak mustahil.

#percaya

Leave a Reply

Back to top