Efesus 5:15-21

Efesus 5:15-21

Efesus 5:15-21

Efesus 5:15-21 960 540 Pastor John Sihombing

Efesus 5:15-21

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal,
tetapi seperti orang arif,
5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh,
tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu,
tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,
5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian
dan nyanyian rohani.
Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.
5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita
Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus

Apa yang kubaca?

Pertama, mari kita lihat bahwa bagian yang kita baca ini merupakan bagian terintegrasi dari keseluruhan pasal dalam kitab Efesus. Namun secara proporsional konteks terdekat dari apa yang itu terhubung dari pasal 4:17-6:9. Paulus menggunakan kata “sebab itu” ataupun “Karena itu” menjelaskan kaitannya.

Ketika Paulus menyebutkan tentang manusia baru pada pasal 4:17-24 sebenarnya Paulus masih dalam hubungan tematis kitab Efesus, yaitu tentang kasih, kesatuan dan sikap yang diperlukan untuk menjalin kasih dan kesatuan tersebut. Ketika memasuki pasal 4:17 sebenarnya Paulus lebih menunjukkan ke hal yang bersifat personal, menajam, sehingga ia mengatakan. “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu….” ay. 17.

Mulai ayat 17 sampai ayat 24, Paulus menekankan menjadi manusia baru adalah mereka yang berhenti hidup seperti orang –orang yang tidak mengenal Allah, menanggalkan manusia lama, diberbaharui dan mengenakan manusia baru. Baru pada ayat 25 sampai pada Efesus 5:2 Paulus menyatakan lebih jauh tentang apa itu manusia baru, yaitu mereka yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sessungguhnya.

Implementasinya kebenaran ada pada ayat 25-32, dasarnya adalah kasih pasal 5:1-3. Lalu mulai pasal Efesus 5:3 Paulus mengemukakan implementasi kekudusan yang dikontraskan dengan kecemaran, keserakahan dan penyembahan berhala. Paulus mengungkapkan ini bukan berarti mereka sedang terllibat dalam hal ini namun titin berat Paulus ada pada pengaruh lingkungan sehingga Paulus menutup dengan berkata, “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka” Efesus 5:6.

Paulus tidak berhenti sampai disitu saja, Paulus menggunakan frasa yang dia gunakan pada pasal 2:1 “Kamu dahulu sudah mati…”; 2:11”dahulu kamu, sebagai orang-orang bukan Yahudi…”, kemudian pada konteks bacaan kita Efesus 5:8 “Memang dahulu kamu adalah kegelapan…”. Paulus mengkontraskan kehidupan yang dahulu dalam kegelapan dengan kehidupan orang-orang kudus yang hidup sebagai anak-anak terang, ay. 8-14 dengan menutup dengan kata “Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu” ay. 14.

Bacaan kita hari ini merupakan penekanan Paulus kembali kekontrasan hidup manusia lama yang berdusta dan tidak benar dengan kebenaran yang di dasarkan kasih, kekudusan dengan kecemaran, kegelapan dengan terang dengan kalimat, “karena itu” untuk direfleksikan kembali. Itu sebabnya kalimat selanjutnya Paulus menyatakan “perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup…”.
Jika Paulus sudah menegaskan hidup jemaat Efesus harus diperbaharui maka setiap kekontrasan dari hidup manusia yang lama dengan hidup manusia yang baru itu perlu diperhatikan, lagi kata Paulus ‘janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” ay. 15

Apa Pesan Allah padaku?

Hiduplah Bijaksana – Perhatikan Hidupmu
5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif

Paulus memberi perintah untuk terus (berkelanjutan) memperhatikan, mengarahkan pikiran , mempertimbangkan, mengambil pelajaran dengan tepat, secara akurat terhadap keadaan hidup. Hidup yang dimaksud adalah hidup yang bijaksana.

Hidup sebagai orang yang bijaksana[1] dalam konteks sebelumnya memperlihatkan kehidupan yang bukan sekedar mengalami pertobatan melainkan juga hidup yang mengalami pembaharuan. Kebijak-sanaan timbul karena sesorang telah berada dalam Kristus (mengenal Kristus, mendengar tentang dia dan menerima, ay, 21 bdk. psl. 1:13), menanggalkan manusia lama, dan dperbaharui di dalam roh dan pikiran. Tanpa keseluruhan apa yang dinyatakan oleh Firman-Nya maka kebijaksanaan itu tidak memiliki dasar yang kokoh, kitapun menjadi bodoh. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menjadi bijaksana ataupun arif tanpa Firman Tuhan. (Pembahasan yang berkaitan dengan hikmat dan kebijaksaaan pun kitab Amsal menyajikannya dengan sangat mendalam).

Apakah tujuan kita membaca blog ini kalau kita tidak memperhatikan Firman Tuhan dengan seksama. Ngapain kita baca Firman Tuhan tanpa mengkaitkannya dengan konteksnya. Ngapain kita baca buku renungan, buku rohani, tafsiran, ikut seminar tanpa memperhatikan dengan seksama Firman-Nya dari mulai membaca, merenungkan sampai melakukan Firman-Nya. Hidup bijaksana Perjanjian Lama punya konsep kebijaksanaan dalam hidup yang merenungkan Firman Tuhan siang dan malam, apakah kita memiliki konsep tersebut? Apakah kita aplikasikan?

Menjadi bijaksana diawali dengan memperhatikan hidup kita dengan apa yang Tuhan nyatakan melalui Firman-Nya. Berhati-hatilah agar kita tidak menjadi bebal karena kita mendengarkan Firman Tuhan hanya dari orang lain dan orang tersebut adalah satu-satunya orang yang paling kita dengarkan, pengajaran tertentu, doktrin gereja tertentu, yang akhirnya tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan kita pribadi di hadapan Tuhan. Mari para hamba Tuhan, pengajar sekolah Alkitab, guru agama, rohaniawan Kristen, majelis gereja, jangan biarkan jemaat tidak celik Alkitab dengan tidak melakukan pendekatan pribadi jemaat dengan Firman Tuhan melalui Saat Teduh mereka. Jangan jadi Kekristenan dan Alkitab produk jualan. Memperhatikan hidup kita dengan Firman Tuhan membutuhkan waktu seumur hidup.

Paulus menyatakan, “Bagaimana kamu hidup?” Bukan bagaimana kamu sembuh atau bagaimana imanmu, sudah sampai level mana, bukan gelarmu, dari STT, master teologi, doktor teologi sekalipun. Kalau kita mau kembali ke teks sebelumnya, maka pertanyaan ini bisa menjadi, bagaimana kamu hidup, jadi terang atau tidak?
Ketika hubungan kita tidak takut akan Tuhan maka kita tidak ada bednya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, 4:17.

Pergunakanlah Waktu – Perhatikan Waktumu

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat

Kata “pergunakanlah” dan “waktu” merujuk pada tindakan menebus waktu yang ada. Hal ini berarti kita melakukan tindakan di mana saja, dan tidak membiarkan saat yang tepat lewat , tidak diperhatikan, selain menjadikan waktu itu sebagai kesempatan yang ada [2] karena hari-hari ini adalah jahat, ay. 16. Hari-hari yang melanda dengan masalah ataupun penganiayaan.

Waktu bagi kita berlalu cepat, tapi sadarkah kita perubahan apa yang sudah terjadi kita lakukan, dan perubahan apakah yang Tuhan sudah kerjakan melalui diri kita? Perubahan waktu itu sangan cepat dan jahat karena kita dapat hidup di zaman yang cepat berubah namun tanpa perubahan apapun dalam hidup kita. Sampai-Sampai kita menganggap manusia baru dapat kita raih sementara kita tidak menanggalkan manusia lama, ay. 4:22.

Berusaha mengerti kehendak Tuhan – Perhatikan Kehendak Tuhan

Efesus 5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Konteks tentang kehendak Tuhan diungkapkan Paulus sebelumnya dalam pasal 4:24, yaitu di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Sekali lagi, hidup persekutuan (ay. 18) dan belajar Firman (ay. 20-21) merupakan rangkaian yang menjadi tanggungjawab yang harus kita usahakan. Orang percaya bahwa tidak membaca adalah bagian dari kebodohan, namun bagi orang yang buta tidak mendengar adalah kebodohan. Jadi apakah kita buta, tuli, tidak dapat bicara menentukan segalanya? TIDAK!!

Bukankah ada yang mendengar tetapi tidak mendengar dan yang melihat tidak melihat? Kebodohan terjadi ketika kita lagi-lagi menggunakan pikiran yang sia-sia, kedegilan hati, dan perasaan yang tumpul. kita telah kehilangan “sense of God”. Karena itu dinyatakan Paulus bahwa orang yang di dalam Kristus “telah diciptakan menurut kehendak Allah didalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” ay. 24.

Berusaha mengerti kehendak Tuhan menurut konteks Efesus berbicara tentang kebenaran di dalam kasih (2:25-3:1-2. Terutama 4:15,24). Ketika kita berbicara tentang kebenaran jangan tinggalkan kasih. Masih adakah “aturn main” dalam On air atau siaran Live rohani dengan memblokir sms dan penelpon karena hanya untuk kepentingan narasumber , “kebenaran” narasumber atau pembicara ditonjolkan kemudian melupakan kasih. Kalau narasumber, pembicara, tokoh agama pilih-pilih sms dan penelpon maka itu bukan kasih. Apalagi radio dan TV adalah media publik. Dimana kebenaran dan dimana kasih-Nya? Apakah ada orang yang mau berusaha mengerti kehendak Tuhan tapi tidak mau dikoreksi

Berusaha mengerti kehendak Tuhan menurut konteks Efesus berbicara tentang kesatuan (2:15). Dimana pertama kalinya Paulus menyebut kata “manusia baru” dengan kalimat “…untuk menciptakan keduanya (konteks orang non-Yahudi dan Yahudi) menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera” ay. 2:15.

Kita heran sekarang makin banyak denominasi gereja dan gedung gereja didirikan hanya untuk menetapkan batas-batas jangkauan pelayanan, entah disebabkan faktor financial jadinya di Kelapa Gading orang cenderung buka pelayanan gerejanya sampai daerah Menteng agar menjangkau orang-orang kaya.

Kalau kita luaskan pasal 2:11-12 maka kita melihat bagaimana orang Yahudi di masa lalu dan kita juga dimasa kini melakukan fit and proper test, yaitu berdasarkan kelahiran dan aturan-hukum sunat lahiriah. Intinya dari jemaat sampai menjadi pendeta semuanya tampak nyata hanya dari yang lahiriah. Dari tanda baptis anak sampai baptis ulang, dari jemaat awal, senior, jemaat yang edukasinya tinggi, penyandang dana gereja, gelar hamba Tuhan, doktrin gereja menjadi ukuran kehendak Tuhan.

Sampai-sampai orang suka kutip ayat-ayat dari kitab Efesus lalu berbicara tentang karunia-karunia dan pertumbuhan jemaat padahal konteks semua itu adalah Pemberian Kristus, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”, 4:7.

Jadi legalitas apa yang membuat saya jadi narasumber,menulis blog ini, kita jadi orang Kristen, jadi guru agama, pendeta, hamba Tuhan? Kalau kita bermain legalitas maka kita sebagai umat Kristen di seluruh dunia tidak pernah bersatu dan kita tidak pernah menjangkau jiwa-jiwa karena kita sibuk dengan gereja dan program masing-masing.

Hidup yang dipenuhi dengan Roh ay. 18-21 – Perhatikan Siapa yang mengontrol Hidup Kita
Efesus 5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. Efesus 5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.

Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati Efesus 5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita 5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

Paulus mengungkapkan bagian Kita bisa berjalan (hidup) dengan bijak dengan membiarkan Roh Kudus mengontrol hidup kita. Ketika kita menentukan hidup kitadengan menggunakan pikiran yang sia-sia, kedegilan hati, dan perasaan yang tumpul maka pada saat itulah kita sedang mabuk anggur yang menimbulkan hawa nafsu. Kita menyerahkan diri kepada hawa nafsu, ay. 18 bdk. 4:19 dan mendukakan Roh Kudus, ay. 30.

Bukan kebetulan juga Paulus mengemukakan tentang perkataan seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian , dan nyanyian rohani, bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati serta mengucap syukur karena hal ini menunjukkan implikasi kekudusan Tuhan yang dipertentangkan dengan kecemaran di ayat 3-6 namun juga terang yang berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran itu terwujud, ay. 9.

Apa Responku?

Bertobat. Saya melihat bagian dari hidup saya yang perlu diperhatikan adalah tentang siapa yang mengontrol hidup saya. Terutama berhubungan dengan kemarahan, 4:26, 31. Pada tanggal 9 November sekitar pk. 8 pagi saya menelpon isteri saya untuk meminta maaf atas kemarahan saya yang dapat melukai dia terlebih mendukakan Tuhan. Saya bilang bahwa masalahnya adalah saya mungkin tidak sadar bahwa perkataan saya ketika saya marah dapat menyakiti dia dan mendukakan Tuhan.

Ini bukan saja yang dinyatakan Tuhan pada saya lewat Efesus tapi juga peristiwa kemarahan Musa yang mengatakan sesuatu yang Tuhan tidak suruh dia katakana ketika pada saat yang sama Musa memukul batu yang mengeluarkan air untuk memberi minum bangsa Israel. Tuhan berada di dekat didekat Musa pada waktu itu. Perkataan-Nya jika diterjemahkan dari bahasa Inggris “Hei pemberontak-pemberontak…” (Hey rebels…).

Jadi Firman Tuhan mengingatkan saya untuk bertobat, menanggalkan, menyingkirkan kemarahan dari hidup saya, dan sangat berhati-hati dalam perkataan saya karena saya tidak saja sedang berkata-kata kepada isteri, murid, anak saya tapi juga dihadapan Tuhan. Roh Kudus yang saya dukakan.

Notes:

[1] Sophos, membentuk rencana terbaik dan menggunakan sarana terbaik untuk melakukan tindakan atau eksekusi
[2] Waktu disini adalah kairos bukan kronos. Kairos disini adalah waktu yang tetap dan pasti definite article), saat hal-hal dibawah keadaan krisis karena hari-hari ini adalah jahat. Kairos tidak hanya sebagai suksesi menit, sebagaimana kata Yunani lainnya, yaitu chronos, tetapi Kronos disini merupakan periode kesempatan, kesempatan tertentu.

Share
About the author

Pastor John

Pastor, Biblical Studies Teacher, Devotional Writer and Podcasters, Missional Orientation, Counselor, Song Composer and Worshiper

Leave a Reply

Back to top